Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Riset dan Inovasi Daerah, terus berupaya mendukung pengembangan teknologi tepat guna di berbagai daerah. Sebagai bagian dari upaya tersebut, BRIN berkolaborasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Sumatera Barat mencari solusi atasi permasalahan pengeringan bawang merah di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Hal tersebut disampaikan oleh Ade Purwanto Perekayasa Ahli Muda BRIN sebagai Koordinator Daerah Sumatera Barat, yang mendampingi Periset dari Pusat Riset Teknologi Tepat Guna BRIN saat melakukan Kunjungan Kerja ke Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada Rabu (22/05).
Menurutnya, Alahan Panjang dikenal sebagai salah satu sentra produksi bawang merah di Sumatera Barat dengan luas pertanaman bawang merah 12.500 hektar. Sayangnya, para petani di daerah ini menghadapi tantangan besar dalam proses pengeringan bawang merah.
"Kami melihat potensi besar dari sektor pertanian di Alahan Panjang, khususnya bawang merah yang menjadi komoditas andalan. Namun, masalah pengeringan yang efisien dan berkelanjutan masih menjadi tantangan yang perlu segera diatasi," ungkap Ade.
Dirinya berharap, melalui kolaborasi antara BRIN dan Bapelitbang Sumatera Barat ini, dapat menemukan solusi agar bawang merah dapat lebih cepat kering, sehingga lebih cepat dijual, dan dapat disimpan lama. Kemudian, ketika harga rendah, para petani dapat menikmati hasil jerih payah mereka lebih optimal. Sehingga produksi bawang merah dapat meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin membaik.
“Inisiatif ini merupakan bagian dari program fungsi Pendampingan Teknis BRIN dalam Diseminasi dan Pemanfaatan pengembangan teknologi tepat guna di berbagai daerah. Selain itu juga untuk memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Melalui kolaborasi ini juga, diharapkan inovasi teknologi dapat memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat, khususnya para petani bawang merah di Sumatera Barat,” kata Ade berharap.
Dalam kunjungan lapangan yang dilakukan pada 21 dan 22 Mei 2024, tim BRIN bersama Balitbangda Sumatera Barat bertemu dengan kelompok tani dan pengusaha lokal. Tentunya untuk menggali informasi mengenai kondisi lapangan dan kendala yang dihadapi.
“Melalui diskusi dan observasi langsung, tim riset berhasil mengidentifikasi bahwa penggunaan sekam padi dan solar sebagai bahan bakar utama rumah pengering sudah tidak layak untuk digunakan. Hal ini karena sekam sangat sulit didapat di Alahan Panjang,” ujar Ade.
Mulyadi Ketua Kelompok Tani Bintang Timur berbagi pengalaman mengenai kesulitan yang dihadapi petani saat cuaca tidak mendukung.
"Pada musim hujan, pengeringan bawang merah dengan memanfaatkan terasan rumah menjadi sangat lama sekitar lebih dari 30 hari. Banyak losses karena busuk dan bertunas yang disebabkan kelembapan udara yang tinggi, curah hujan tinggi, dan intensitas cahaya matahari yang rendah,” terangnya.
Mulyadi menambahkan, penggunaan rumah pengering dapat membantu mempercepat pengeringan menjadi 3-5 hari dengan kapasitas 15-18 ton bawang merah basah. Dimana proses pengeringan dibantu dengan pemanas berbahan bakar sekam.
“Namun, sering kali bahan baku seperti sekam dan solar sulit didapat atau harganya mahal. Kami sangat berharap solusi melalui inovasi baru dari BRIN bersama Balitbang Sumatera Barat dapat mengatasi masalah ini," ungkap Mulyadi.
Selain proses pengeringan yang konvensional dan lama, lanjut Mulyadi, proses pengeringan bawang merah yang selama ini digunakan mengandalkan rumah pengering yang berbahan bakar sekam padi sebagai pemanas, dan solar untuk menggerakkan mesin blowernya. Ketersediaan bahan saat ini menjadi kendala utama, apalagi ketika harga bahan bakar meningkat, atau pasokan sekam padi terbatas.
Rudy Tjahjohutomo, Periset Pusat Riset Teknologi Tepat Guna BRIN yang terlibat dalam kegiatan ini menyatakan, dirinya memahami kalau penggunaan sekam padi dan solar saat ini tidak hanya sulit didapat, namun juga mahal, dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, Pusat Riset Teknologi Tepat Guna BRIN bersama Balitbangda Sumatera Barat sedang mengembangkan alternatif teknologi pemanas yang lebih efisien dan berkelanjutan.
“Beberapa solusi inovatif yang sedang dipertimbangkan meliputi penggunaan energi terbarukan, seperti Solar Cell, atau menggunakan listrik dari PLN dengan sistem Token. Untuk token listrik ini nantinya dapat diisi masyarakat yang ingin menggunakan rumah pengering bawang tersebut” lanjut Rudy.
Rudy memaparkan, teknologi ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang yang ramah lingkungan dan hemat biaya bagi para petani bawang merah di Alahan Panjang. Karena inovasi pemanas listrik secara otomatis menyala dan mati, ketika suhu ruang pengering mencapai suhu sesuai yang diharapkan.
Balitbangda Sumatera Barat, yang diwakili oleh Mahmudia selaku Kepala Bidang Inovtek, juga menyatakan komitmennya untuk terus mendukung penelitian dan pengembangan yang dapat diaplikasikan di daerah Sumatera Barat.
"Kami melakukan inisiatif ini melalui kolaborasi dengan BRIN, serta Dispertan Kab. Solok dengan harapan teknologi yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. Di samping itu juga diharapkan dapat memberikan impak yang sangat besar untuk masyarakat, sesuai dengan semangat inovasi dari Balitbangda" pungkasnya. (ap/ ed. ns)
.