Berita

Focus Group Discussion (FGD) Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 201715 Jun 2020 08:06:06 / 591 view

Focus Group Discussion dilaksanakan di ruang rapat Escape Building Lantai II pada Kantor Gubernur, pada tanggal 24 Juli 2017 dibuka oleh Kepala Badan Litbang Provinsi Sumatera Barat (DR. Reti Wafda, MTp), dengan moderator dari Dewan Riset Daerah Provinsi Sumatera Barat (Ir. Suhadri, MS). FGD  dihadiri oleh 26 orang peserta dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatera Barat, Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Tanaman Pangan Kabupaten 50 Kota dan Agam, LPPM Unand, Bulog Sumatera Barat, PT. Grafika, PT. SSBV, Biro Perekonomian, Bank Indonesia, Inovator, Petani cabai Kabupaten 50 Kota dan Agam.

Dalam FGD ini, juga menghadirkan 4 (empat) orang narasumber yaitu: Prof. DR. Helmi dari Universitas Andalas (Pengembangan klaster cabe di Provinsi Sumatera Barat), Ir. Rifda Roswita dari BPTP Sumatera Barat  (Budidaya cabe di Provinsi Sumatera Barat: Peluang, Tantangan dan Harapan), DR. Eng. Muhammad Makky dari Universitas Andalas  (Teknologi Pengolahan Cabe yang Tepat Guna, Efektif dan Efisien), Ir. Mukhamad Angwar,MSc dari BPTPA/LIPI (Tata Kelola Cabe dari Budidaya hingga Pemasaran).

Tujuan FGD, untuk menggali informasi tentang tata kelola cabe mulai dari budidaya sampai dengan pemasaran, serta untuk menggali informasi tentang peran dan fungsi masing-masing stakeholders dalam tata kelola cabe.

Hasil Focus Group Discussion adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai jual produk cabe terutama pada saat harga jatuh adalah dengan melakukan pengolahan seperti cabe bubuk, saus cabe, manisan cabe, minyak cabe dan lain-lain atau dengan melakukan penyimpanan beku pada suhu yang sangat rendah untuk mempertahankan cabe tetap dalam kondisi seperti segar. Namun semua teknologi tersebut diharapkan adalah teknologi yang mudah, murah, efektif, dan efisien sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani (produsen). Disamping itu, perlu dilakukan sosialisasi pemanfaatan dan konsumsi cabe olahan kepada masyarakat sehingga konsumsi cabe segar dapat dikurangi.

Untuk mengantisipasi gejolak inflasi yang disebabkan oleh fluktuasi harga cabe, perlu adanya tata kelola cabe yang melibatkan stakeholder terkait. Konsep pengelolaan usaha secara terpadu telah dicoba oleh Universitas Andalas melalui Konsep Sinergi NES (Nagari Elok Sejahtera). Untuk itu, konsep sinergi NES dapat dijadikan sebagai acuan atau diadopsi untuk tata kelola cabe. Dalam konsep tersebut, ditetapkan Tim Manajemen Klaster Kawasan Cabe yang dilengkapi dengan tugas dan tanggung jawabnya. Tim tidak hanya melibatkan SKPD terkait , namun juga beranggotakan pihak Perguruan Tinggi, Perbankan, Swasta dan Lembaga pembiayaan lainnya yang diharapkan dapat membantu dalam mengatasi masalah permodalan.

Diperlukan perencanaan dan tahapan kegiatan yang harus dilakukan oleh Tim dengan menetapkan program kerja dan kegiatan penunjang dari masing-masing stakeholder sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing yang dapat mendukung kegiatan tata kelola cabe. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, pembinaan dari masing-masing stakeholder terkait secara terus-menerus dan berkesinambungan sangat diperlukan.

Untuk tahap awal, klaster kawasan cabe akan dibentuk di Kabupaten Solok, Kab. Tanah Datar, Kab. Agam dan Kab. 50 Kota. Disarankan agar klaster tersebut dibagi menjadi klaster hulu (budidaya), hilir (olahan) dan diversifikasi. Untuk itu, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi diharapkan dapat berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota untuk menetapkan lokasi klaster cabe.

Terkait dengan hasil pelaksanaan FGD dimaksud, selanjutnya Balitbang Provinsi akan mencoba merumuskan konsep draf tata kelola cabe di Provinsi Sumatera Barat khusus pada lokasi yang akan dijadikan sebagai inkubator serta pihak-pihak yang akan dilibatkan sehingga dapat mendukung pengembangan klaster tersebut (Bid.PIT)

.